Senin, 03 Maret 2014

STRUKTUR DAN FUNGSI HEWAN (SISTEM EKSRESI)

Oleh : drh. Tri Harjana, M.P.
Di kutip dari modul  FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
TAHUN 2008
1
TOPIK I.
STRUKTUR GINJAL DAN KWALITAS URIN
A.Tujuan : 1. mengamati Struktur Morfologi ginjal.
2. pemeriksaan warna urine.
3. pemeriksaan kejernihan urine
4. pemeriksaan PH urine.
B. Kompetensi :
1. Siswa dapat melakukan pengamatan dan memahami struktur
makroskopik ginjal mamalia ( kambing )
2. Siswa dapat menerangkan bagian-bagian ginjal mamalia (kambing)
3. Siswa dapat melakukan dan menerangkan pemeriksaan warna urin
4. Siswa dapat melakukan dan menerangkan pemeriksaan kejernihan urin
5. Siswa dapat melakukan dan menerangkan pemeriksaan pH urin
C.Pinsip :
Untuk menjaga keseimbangan air dalam tubuh maka banyaknya air yang
masuk ke tubuh harus sesuai dengan banyaknya air yang dikeluarkan dari tubuh.
Air yang masuk lewat makanan dan minuman setelah digunakan dalam berbagai
proses metabolisme akan dikeluarkan lagi lewat ginjal (1-1,5 liter/hari), kulit
(450-1.000 ml/hari) paru-paru (250-300 ml/hari), feses (50-200 ml/hari) dan
lewat cara lainnya seperti misalnya air susu dan sebagainya.
Ginajal sebagai organ terpenting dalam proses ekresi tersusun atas
berjuta-juta Nephron, dimana darah yang mengandung sisa-sisa metabolisme
difiltrasi oleh glomerulus dan selanjutnya filtrat tersebut diabsorpsi lagi lewat
tubulus sehingga terbentuk air kencing (urine).
Dari ginjal air kencing disalurkan lagi lewat uretra untuk dikeluarkan.
Mekanisme regulasi yang bekerja pada nephron mengatur filtrasi dan absorpsi
urine sehingga pada urine normal tidak mengandung protein. Oleh karena itu
dengan melakukan pemeriksaan urine dapat diketahui fungsi fisiologis berbagai
organ tubuh, tidak hanya ginjal dan saluran kencing akan tetapi organ lain seperti
hati, empedu dan kortek adrenal.
2
Ginjal berbentuk seperti kacang pada spesies hewan mamalia seperti
misalnya kambing. Paling luar diselubungi jaringan ikat tipis yang disebut
kapsula renalis , ginjal dapat dibedakan menjadi bagaian korteks di sebelah luar
berwarna coklat terang dan medulla di bagian dalam berwarna agak gelap ,
ginjal mempunyai daerah cekungan yang disebut hilum. Pada hilum terdapat
bundel saraf, arteri dan vena renalis dan ureter. Ginjal memperoleh suplai darah
dari aorta abdominalis yang bercabang menjadi arteri re3nalis, arteri interlobaris,
arteri arcuata, arteri inter lobularis, arteriola aferent, glomerulus, arteriola
eferent, kapiler peritubuler, vena interlobularis, vena arcuata, vena interlobaris ,
vena renalis. Selain berfungsi sebagai alat ekskresi ginjal juga sebagai alat
osmoregulasi dan penghasil hormon renin-angiotensin, erythropoetin.
D.Alat dan bahan : 1. Scalpel
2. Pinset
3. Bak parafin
4. Jarum pentul
5. Kertas Lakmus (PH)
6. Urine
E. Cara Kerja:
1. Mengamati Struktur ginjal:
- Ambil preparat ginjal yang tersedia, kemudian dibedah tepat pada tengahnya
dengan alat yang ada kemudian amati dengan seksama bagian-bagiannya dan
buatlah gambarnya.
- Cortex
- Medulla
- Calyx
- Pelvis renis.
- Ureter.
2. Mengamati warna urine:
3
Urine normal berwarna kuning jernih, atau kuning kecoklatan karena
mengandung zat warna urochrom. Perubahan warna urine dapat digunakan
sebagai indikasi bahwa terdapat gangguan ginjal atau fungsi organ lain.
Cara kerja:
- masukkan urine ke dalam tabung reaksi, kemudian cari arah datangnya
cahaya (sumber cahaya) dan amatilah dengan agak memiringkan tabung
reaksi tersebut. Nyatakan warna urine dengan tidak berwarna, kuning muda,
kuning tua, kuning bercampur merah, merah, coklat kehijauan, atau putih
seperti susu.
3. Mengamati kejernihan urine.
Urine normal berwarna kuning jernih , kecuali pada kuda urinenya berkabut
karena mengandung kristal CaCO3 dan kendir.
Cara kerja:
- Lakukan seperti menguji warna urine.
- Nyatakan kejernihan urine sebagai berikut: jernih, agak keruh, keruh atau sangat
keruh.
4. Pemeriksaan PH urine.
Adanya gangguan keseimbangan asam dan basa dalam tubuh dapat diketahui
dengan pemeriksaan pH urine, juga kelainan yang terdapat pada ginjal dan
saluran kencing. Pada infeksi oleh bakteri tertentu misalnya E. coli urine akan
bersifat asam. Demikian juga makanan dapat berpengaruh terhadap pH urine,
misalnya pada hewan karnivora urinenya bersifat asam, sedang pada herbivora
umumnya bersifat basa (alkalis). Pada manusia normal pH berkisar antara 5-
7,5.
Cara kerja:
- Ambil kertas lakmus merah dan biru, kemudian celupkan pada urine yang
akan diperiksa dan perhatikan reaksinya (apakah asam atau basa).
F. Prosedur:
1. Menyiapkan seluruh peralatan dan bahan yang di butuhkan.
4
2. Siswa sebagai praktikan sekaligus naracoba harus siap dan menguasai
langkah-langkah pemeriksaan.
3. Setiap siswa malakukan percobaan dengan seksama.
4. Semua hasil pengamatan di catat dan di tabulasikan menjadi data
kelompok.
5. Data di mintakan persetujuan guru
G. Data: 1. Pengamatan Struktur Ginjal.
Gambar Ginjal Keterangan
2.Data : Pemeriksaan Kejernihan urine, Warna urine dan Keasaman urine (pH).
Nama siswa Warna Urine
PH
Urine
Kejernihan
Urine
1.
2.
3.
4.
5.
5
H. Pembahasan :
1. membahas struktur fungsi ginjal dalam hal memproduksi urine.
2. membahas data warna, kejerniah dan pH urine dalam kelompok
I. Diskusi: Mendiskusikan hal-hal yang berpengaruh pada warna, kejernihan dan pH
urine serta kemungkinan-kemungkinan yang terjadi pada masing-masing
mahasiswa naracoba.
J.Format Laporan:
1. Topik : …………………………………
2. Tujuan : …………………………………
3. Hasil pengamatan : …………………………………
4. Diskusi : …………………………………
5. Kesimpulan : …………………………………
K. Tugas siswa:
1. Buat gambar Diagram Nephron berikut fungsinya masing-masing bagian.
2. Cari data normal untuk warna, kejernihan, dan pH urine.
L. Referensi :
Ganong, W.F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Alih bahasa Petrus Andrianto.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Heru Nurcahyo. 1989. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. FPMIPA IKIP Yogyakarta.
Junqueira, L.C dan Carneiro J. 1980. Histologi Dasar. Alih bahasa Aji Darma. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC
6
TOPIK II.
PEMERIKSAAN PROTEIN DAN GLUKOSA URINE
A.Tujuan : 1. Mengetahui cara pemeriksaan protein dan glukosa urine.
2. Mengetahui kadar protein dan glukosa urine
B. Kompetensi : 1. Siswa dapat melakukan pemeriksaan kandungan protein dalam urin
2. Siswa dapat melakukan pemeriksaan kandungan glukosa dalam urin
3. Siswa dapat menerangkan faktor-faktor penyebab adanya protein dan
glukosa dalam urin
C.Prinsip mestinya urin tidak mengandung glukosa dan protein.
Kalau ditemukan glukosa dan protein kemungkinan terjadi gangguan Fisiologi
pada ginjal, atau hal-hal yang menyangkut fungsi ginjal. Atau hal-hal lain
D.Alat dan bahan : 1. Tabung rekasi
2. Lampu sepiritus (Bunzen)
3. Rak Tabung Reaksi
4. Penjepit Tabung reaksi
5. Reagen Robert
6. Larutan Fehling A
7. Larutan Fehling B
E.Cara Kerja:
Pemeriksaan Protein dan glukosa dalam urine.
1. Pemeriksaan Protein dengan uji Robert:
- Masukkan 2 ml reagen Robert ke dalam tabung reaksi.
Reagen Robert:
- HNO3 pekat : 1 bagian
- MgSO4 jenuh : 5 bagian
(770 gram dalam 1 liter aquadest)
- Tambahkan kedalam tabung rekasi di atas 2 ml melalui dinding tabung
dengan menggunakan pipet.
7
- Reaksi disebut positif apabila terjadi cincin putih pada perbatasan dan ini
dapat dilihat dengan jelas apabila diberi latar belakang hitam.
- Reaksi positif ini menunjukan adanya protein dalam urine, yang
dipresipitasikan oleh asam kuat.
2. Pemerikasaan Glukosa dalam urine:
Glukosa dalam urine dapat diketahui berdasarkan sifat mereduksi glukosa itu
sendiri terhadap sesuatu zat, sehingga terbentuk endapan. Oleh karena itu urine
yang akan diuji harus disaring terlebih dahulu. Diantara reagen yang banyak
digunakan untuk uji glukosa adalah garam kuprilat (Cu)
Pemeriksaan glukosa urine dengan uji Fehling.
Dasar reaksinya reduksi kupri oksida oleh glukosa dalam suasana asam kuat.
Cara kerja:
- campurlah reagen Fehling A dan Fehling B masing-masing 5 ml.
Reagen Fehling A : Kristal CuSO4 dilarutkan dalam aquadest sampai
1 liter.
Reagen Fehling B : Garam signete : 173 gram.
Natrium hidroksida : 50 gram
Larutkan dalam aquadest sampai 1 liter.
- Tambahkan dalam tabung reaksi tersebut 2,5 ml urine, kemudian bagi ke
dalam dua tabung reaksi sama banyak.
- Panaskan satu tabung reaksi sampai mendidih dan yang lain untuk
pembanding.
- Apabila dalam urine terdapat glukosa maka akan terbentuk endapan berwarna
kuning atau kuning kemerahan.
- Lakukan juga terhadap urine tanpa campuran reagen, bandingkan hasilnya.
F. Prosedur:
1. Menyiapkan seluruh peralatan dan bahan yang di butuhkan.
2. Siswa sebagai praktikan sekaligus naracoba harus siap dan menguasai
langkah-langkah pemeriksaan.
3. Setiap siswa malakukan percobaan dengan seksama
8
4. Semua hasil pengamatan di catat dan di tabulasikan menjadi data
kelompok.
5. Data di mintakan persetujuan guru
Data: 1. Pemeriksaan protein dan glukosa dalam urine.
Nama siswa Protein Urine
( + / -)
Glukosa
Urine
Keterangan
1.
2.
3.
4.
5.
6.
Pembahasan: dibahas data kelompok tentang hasil pemeriksaan protein dan glukosa
dalam urine.
G. Diskusi: Bila terjadi hasil psitif (+) terhadap glukosa dan protein urine maka dicari
kemungkinan-kemungkinannya.
H. Format Laporan:
1. Topik : …………………………………
2. Tujuan : …………………………………
3. Hasil pengamatan : …………………………………
4. Diskusi : …………………………………
5. Kesimpulan : …………………………………
I.Tugas siswa: Dicari data kelas lalu di bahas hasilnya.
J. Referensi :
Ganong, W.F. 1995. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Alih bahasa Petrus Andrianto.
Jakarta. Penerbit Buku Kedokteran EGC.
Heru Nurcahyo. 1989. Petunjuk Praktikum Fisiologi Hewan. FPMIPA IKIP Yogyakarta.
Junqueira, L.C dan Carneiro J. 1980. Histologi Dasar. Alih bahasa Aji Darma. Jakarta.
Penerbit Buku Kedokteran EGC.

Protein

Segelas susu sapi. Susu sapi merupakan salah satu sumber protein.
Protein (asal kata protos dari bahasa Yunani yang berarti "yang paling utama") adalah senyawa organik kompleks berbobot molekul tinggi yang merupakan polimer dari monomer-monomer asam amino yang dihubungkan satu sama lain dengan ikatan peptida. Molekul protein mengandung karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen dan kadang kala sulfur serta fosfor. Protein berperan penting dalam struktur dan fungsi semua sel makhluk hidup dan virus.
Kebanyakan protein merupakan enzim atau subunit enzim. Jenis protein lain berperan dalam fungsi struktural atau mekanis, seperti misalnya protein yang membentuk batang dan sendi sitoskeleton. Protein terlibat dalam sistem kekebalan (imun) sebagai antibodi, sistem kendali dalam bentuk hormon, sebagai komponen penyimpanan (dalam biji) dan juga dalam transportasi hara. Sebagai salah satu sumber gizi, protein berperan sebagai sumber asam amino bagi organisme yang tidak mampu membentuk asam amino tersebut (heterotrof).
Protein merupakan salah satu dari biomolekul raksasa, selain polisakarida, lipid, dan polinukleotida, yang merupakan penyusun utama makhluk hidup. Selain itu, protein merupakan salah satu molekul yang paling banyak diteliti dalam biokimia. Protein ditemukan oleh Jöns Jakob Berzelius pada tahun 1838.
Biosintesis protein alami sama dengan ekspresi genetik. Kode genetik yang dibawa DNA ditranskripsi menjadi RNA, yang berperan sebagai cetakan bagi translasi yang dilakukan ribosom.[1] Sampai tahap ini, protein masih "mentah", hanya tersusun dari asam amino proteinogenik. Melalui mekanisme pascatranslasi, terbentuklah protein yang memiliki fungsi penuh secara biologi.[2][3]
Daftar isi
Struktur
http://bits.wikimedia.org/static-1.23wmf15/skins/common/images/magnify-clip.png
Struktur tersier protein. Protein ini memiliki banyak struktur sekunder beta-sheet dan alpha-helix yang sangat pendek. Model dibuat dengan menggunakan koordinat dari Bank Data Protein (nomor 1EDH).
Struktur protein dapat dilihat sebagai hirarki, yaitu berupa struktur primer (tingkat satu), sekunder (tingkat dua), tersier (tingkat tiga), dan kuartener (tingkat empat):[4][5]
  • struktur primer protein merupakan urutan asam amino penyusun protein yang dihubungkan melalui ikatan peptida (amida). Frederick Sanger merupakan ilmuwan yang berjasa dengan temuan metode penentuan deret asam amino pada protein, dengan penggunaan beberapa enzim protease yang mengiris ikatan antara asam amino tertentu, menjadi fragmen peptida yang lebih pendek untuk dipisahkan lebih lanjut dengan bantuan kertas kromatografik. Urutan asam amino menentukan fungsi protein, pada tahun 1957, Vernon Ingram menemukan bahwa translokasi asam amino akan mengubah fungsi protein, dan lebih lanjut memicu mutasi genetik.
  • struktur sekunder protein adalah struktur tiga dimensi lokal dari berbagai rangkaian asam amino pada protein yang distabilkan oleh ikatan hidrogen. Berbagai bentuk struktur sekunder misalnya ialah sebagai berikut:
    • alpha helix (α-helix, "puntiran-alfa"), berupa pilinan rantai asam-asam amino berbentuk seperti spiral;
    • beta-sheet (β-sheet, "lempeng-beta"), berupa lembaran-lembaran lebar yang tersusun dari sejumlah rantai asam amino yang saling terikat melalui ikatan hidrogen atau ikatan tiol (S-H);
    • beta-turn, (β-turn, "lekukan-beta"); dan
    • gamma-turn, (γ-turn, "lekukan-gamma").[4]
  • struktur tersier yang merupakan gabungan dari aneka ragam dari struktur sekunder. Struktur tersier biasanya berupa gumpalan. Beberapa molekul protein dapat berinteraksi secara fisik tanpa ikatan kovalen membentuk oligomer yang stabil (misalnya dimer, trimer, atau kuartomer) dan membentuk struktur kuartener.
  • contoh struktur kuartener yang terkenal adalah enzim Rubisco dan insulin.
Struktur primer protein bisa ditentukan dengan beberapa metode: (1) hidrolisis protein dengan asam kuat (misalnya, 6N HCl) dan kemudian komposisi asam amino ditentukan dengan instrumen amino acid analyzer, (2) analisis sekuens dari ujung-N dengan menggunakan degradasi Edman, (3) kombinasi dari digesti dengan tripsin dan spektrometri massa, dan (4) penentuan massa molekular dengan spektrometri massa.
Struktur sekunder bisa ditentukan dengan menggunakan spektroskopi circular dichroism (CD) dan Fourier Transform Infra Red (FTIR).[6] Spektrum CD dari puntiran-alfa menunjukkan dua absorbans negatif pada 208 dan 220 nm dan lempeng-beta menunjukkan satu puncak negatif sekitar 210-216 nm. Estimasi dari komposisi struktur sekunder dari protein bisa dikalkulasi dari spektrum CD. Pada spektrum FTIR, pita amida-I dari puntiran-alfa berbeda dibandingkan dengan pita amida-I dari lempeng-beta. Jadi, komposisi struktur sekunder dari protein juga bisa diestimasi dari spektrum inframerah.
Struktur protein lainnya yang juga dikenal adalah domain. Struktur ini terdiri dari 40-350 asam amino. Protein sederhana umumnya hanya memiliki satu domain. Pada protein yang lebih kompleks, ada beberapa domain yang terlibat di dalamnya. Hubungan rantai polipeptida yang berperan di dalamnya akan menimbulkan sebuah fungsi baru berbeda dengan komponen penyusunnya. Bila struktur domain pada struktur kompleks ini berpisah, maka fungsi biologis masing-masing komponen domain penyusunnya tidak hilang. Inilah yang membedakan struktur domain dengan struktur kuartener. Pada struktur kuartener, setelah struktur kompleksnya berpisah, protein tersebut tidak fungsional.
Kenyataannya, seluruh protein yang ada di dunia ini merupakan kombinasi dari dua puluh macam asam amino, baik esensial maupun non esensial.[7]
Kekurangan Protein
Protein sendiri mempunyai banyak sekali fungsi di tubuh kita. Pada dasarnya protein menunjang keberadaan setiap sel tubuh, proses kekebalan tubuh. Setiap orang dewasa harus sedikitnya mengonsumsi 1 g protein per kg berat tubuhnya. Kebutuhan akan protein bertambah pada perempuan yang mengandung dan atlet-atlet.
Kekurangan Protein bisa berakibat fatal:
  • Kerontokan rambut (Rambut terdiri dari 97-100% dari Protein -Keratin)
  • Yang paling buruk ada yang disebut dengan Kwasiorkor, penyakit kekurangan protein.[8] Biasanya pada anak-anak kecil yang menderitanya, dapat dilihat dari yang namanya busung lapar, yang disebabkan oleh filtrasi air di dalam pembuluh darah sehingga menimbulkan odem.Simptom yang lain dapat dikenali adalah:
  • Kekurangan yang terus menerus menyebabkan marasmus dan berkibat kematian.
Sintese protein
Artikel utama: Proteinbiosynthese
Dari makanan kita memperoleh Protein. Di sistem pencernaan protein akan diuraikan menjadi peptid peptid yang strukturnya lebih sederhana terdiri dari asam amino. Hal ini dilakukan dengan bantuan enzim. Tubuh manusia memerlukan 9 asam amino. Artinya kesembilan asam amino ini tidak dapat disintesa sendiri oleh tubuh esensiil, sedangkan sebagian asam amino dapat disintesa sendiri atau tidak esensiil oleh tubuh. Keseluruhan berjumlah 21 asam amino. Setelah penyerapan di usus maka akan diberikan ke darah. Darah membawa asam amino itu ke setiap sel tubuh. Kode untuk asam amino tidak esensiil dapat disintesa oleh DNA. Ini disebut dengan DNAtranskripsi. Kemudian karena hasil transkripsi di proses lebih lanjut di ribosom atau retikulum endoplasma, disebut sebagai translasi.
Sumber Protein
Studi dari Biokimiawan USA Thomas Osborne Lafayete Mendel, Profesor untuk biokimia di Yale, 1914, mengujicobakan protein konsumsi dari daging dan tumbuhan kepada kelinci. Satu grup kelinci-kelinci tersebut diberikan makanan protein hewani, sedangkan grup yang lain diberikan protein nabati. Dari eksperimennya didapati bahwa kelinci yang memperoleh protein hewani lebih cepat bertambah beratnya dari kelinci yang memperoleh protein nabati. Kemudian studi selanjutnya, oleh McCay dari Universitas Berkeley menunjukkan bahwa kelinci yang memperoleh protein nabati, lebih sehat dan hidup dua kali lebih lama.
Keuntungan Protein
  • Sumber energi
  • Pembetukan dan perbaikan sel dan jaringan
  • Sebagai sintesis hormon,enzim, dan antibodi
  • Pengatur keseimbangan kadar asam basa dalam sel
  • Sebagai cadangan makanan
Protein merupakan molekul yang sangat besar-atau makrobiopolimer- yang tersusun dari monomer yang disebut asam amino. Ada 20 asam amino standar, yang masing-masing terdiri dari sebuah gugus karboksil, sebuah gugus amino, dan rantai samping (disebut sebagai grup "R"). Grup "R" ini yang menjadikan setiap asam amino berbeda, dan ciri-ciri dari rantai samping ini akan berpengaruh keseluruhan terhadap suatu protein. Ketika asam amino bergabung, mereka membentuk ikatan khusus yang disebut ikatan peptida melalui sintesis dehidrasi, dan menjadi Polipeptida, atau protein.
Asam nukleat (bahasa Inggris: nucleic acid) adalah makromolekul biokimia yang kompleks, berbobot molekul tinggi, dan tersusun atas rantai nukleotida yang mengandung informasi genetik. Asam nukleat yang paling umum adalah Asam deoksiribonukleat (DNA) and Asam ribonukleat (RNA). Asam nukleat ditemukan pada semua sel hidup serta pada virus. Asam nukleat dinamai demikian karena keberadaan umumnya di dalam inti (nukleus) sel. Asam nukleat merupakan biopolimer, dan monomer penyusunnya adalah nukleotida. Setiap nukleotida terdiri dari tiga komponen, yaitu sebuah basa nitrogen heterosiklik (purin atau pirimidin), sebuah gula pentosa, dan sebuah gugus fosfat. Jenis asam nukleat dibedakan oleh jenis gula yang terdapat pada rantai asam nukleat tersebut (misalnya, DNA atau asam deoksiribonukleat mengandung 2-deoksiribosa). Selain itu, basa nitrogen yang ditemukan pada kedua jenis asam nukleat tersebut memiliki perbedaan: adenina, sitosina, dan guanina dapat ditemukan pada RNA maupun DNA, sedangkan timina dapat ditemukan hanya pada DNA dan urasil dapat ditemukan hanya pada RNA. Asam deoksiribonukleat, lebih dikenal dengan DNA (bahasa Inggris: deoxyribonucleic acid), adalah sejenis asam nukleat yang tergolong biomolekul utama penyusun berat kering setiap organisme. Di dalam sel, DNA umumnya terletak di dalam inti sel. Secara garis besar, peran DNA di dalam sebuah sel adalah sebagai materi genetik; artinya, DNA menyimpan cetak biru bagi segala aktivitas sel. Ini berlaku umum bagi setiap organisme. Di antara perkecualian yang menonjol adalah beberapa jenis virus (dan virus tidak termasuk organisme) seperti HIV (Human Immunodeficiency Virus). Asam ribonukleat (bahasa Inggris:ribonucleic acid, RNA) adalah satu dari tiga makromolekul utama (bersama dengan DNA dan protein) yang berperan penting dalam segala bentuk kehidupan. Asam ribonukleat berperan sebagai pembawa bahan genetik dan memainkan peran utama dalam ekspresi genetik. Dalam dogma pokok (central dogma) genetika molekular, RNA menjadi perantara antara informasi yang dibawa DNA dan ekspresi fenotipik yang diwujudkan dalam bentuk protein.
Methode Pembuktian Protein
Bacaan lebih lanjut
  • Gunawan, Andang (1999). Food Combining: Kombinasi Makanan Serasi Pola Makan untuk Langsing & Sehat. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. ISBN 979-655-336-8. (Indonesia)
Referensi
1.      ^ Ussery D. 1998. Gene Expression & Regulation. http://www.cbs.dtu.dk/staff/dave/DNA_CenDog.html. Diakses pada 5 Mei 2010
2.      ^ Jolane Abrams. 2010. DNA, RNA, and Protein: Life at its simplest. http://www.postmodern.com/~jka/rnaworld/nfrna/nf-rnadefed.html. Diakses pada 5 Mei 2010.
3.      ^ Crick F. 1970. Central dogma of molecular biology. Nature 227:561-563.
4.      ^ a b Paustian T. 2001. Protein Structure. University of Wisconsin-Madison. http://lecturer.ukdw.ac.id/dhira/BacterialStructure/Proteins.html. Diakses pada 5 Mei 2010.
5.      ^ (Inggris)Anthony JF Griffiths, Jeffrey H Miller, David T Suzuki, Richard C Lewontin, and William M Gelbart (2000). "An Introduction to Genetic Analysis". University of British Columbia, University of California, Harvard University (ed. 7) (W. H. Freeman). hlm. Gene-protein relations. ISBN 0-7167-3520-2. Diakses 2010-08-15.
6.      ^ Pribic R, Stokkum van IH, Chapman D, Haris PI, Bloemendal M. 1993. Protein secondary structure from Fourier transform infrared and/or circular dichroism spectra. Anal Biochem 214(2):366-78.
7.      ^ http://www.ilmukimia.org/2013/04/protein.html diakses pada 2 Mei 2013
8.      ^ Prasanna HA, Desai BLM, Rao MN. 1971. Detection of early protein-calorie malnutrition (pre-kwashiorkor) in population groups. British J Nutr 26:71-74.